KENDARI, Tirtamedia.id – Dosen Jurusan Penjaskes, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Halu Oleo (UHO) inisial AS buka suara terkait aduan mahasiswi PE (20) ke pihak kepolisian.
AS menyebut, dia tidak menyangka mahasiswinya inisial PE yang sudah dianggap sebagai anak mengadukan perbuatannya di Polresta Kendari dan Rektor UHO.
“Pertama saya kaget, kenapa sampai seperti ini. Saya sudah anggap dia sebagai anak dan tidak ada nawaitu (niat) mau lecehkan dia,” ujarnya, Sabtu (3/9/2022).
Dosen Penjaskes ini mengaku, seluruh mahasiswa yang diajar dalam bangku perkuliahan telah dianggap sebagai sahabat. Berbeda dengan AS, mahasiswi tersebut telah dianggap sebagai anaknya sendiri.
AS menyebut, mahasiswi PE sering berkomunikasi via WhatsApp. Namun, komunikasi itu hanya sebatas untuk membahas hal-hal yang berkaitan urusan kampus.
Ia mengkau PE sering curhat kepadanya. Curhatan mahasiswi tersebut berkaitan dengan kondisinya menjalani hari-hari sebagai seorang yatim piatu. PE mengaku tinggal bersama neneknya di Kabupaten Muna, setelah orangtuanya tak ada.
Ia pun menyebutkan terharu dengan cerita-cerita si mahasiswi tersebut. Olehnya itu, dia menawarkan PE agar tak sungkan-sungkan meminta bantuan kepadanya, jika memang keadaan darurat.
“Anak ini sempat cuti. Dia tidak ada uang untuk mau bayar UKT nya. Dia minta tolong sama saya ditambahkan uang UKT nya. Karena saya sudah niat akan bantu dia, makanya saya kirimkan dia uang, yang penting dia komitmen akan melanjutkan kuliahnya,” ujar AS.
Saat AS mengirimkan uang kepada PE, posisi PE berada di luar Kota Kendari atau tepatnya di Kabupaten Muna. Namun, dia berjanji kepada dosennya itu, akan segera masuk di Kendari untuk membayar UKT sekaligus melakukan penawaran mata kuliah.
Seiring berjalannya waktu, komunikasi keduanya sempat terhenti.
Pada Jumat (26/8) dosen AS tiba-tiba mendapat pesan via WhatsApp dari mahasiswi PE.
“Dia WA saya duluan mengaku sudah di Kendari, di tempatnya temannya. Dia sudah bayar UKT dan menawar. Saya hanya bilang alhamdulillah, kemudian berpesan untuk kuliah baik-baik,” bebernya.
Dosen AS tiba-tiba teringat cerita mahasiswi tersebut, yang mengaku hidup dengan kondisi ekonomi pas-pasan. Saat itu juga, dosen AS bertanya kepada mahasiswi PE, apakah sudah makan atau belum.
“Kalau belum, saya berencana membelikan makanan, atau tidak. Saya ingin mengajaknya makan sekaligus mengajak rekan-rekannya yang ada di tempat persinggahan PE itu. Ini anak bilang terserah bapak saja. Makanya saya tawarkan, makan di luar saja, nanti saya jemput kalian,” tambahnya.
Mahasiswi tersebut sepakat dan menentukan lokasi penjemputan. Dosen AS pun menuju Bay Pass dan menjemput PE di tempat salah satu rekannya. AS sempat kaget, karena mahasiswi tersebut hanya seorang diri dan tidak ada rekan-rekannya yang akan ikut makan bersama.
Tanpa berfikir panjang, AS mengajak PE naik mobil dan menuju salah satu rumah makan di area MTQ Kendari.
Dosen dan Mahasiswa Masuk Dalam Hotel
Usai makan, AS berencana mengantarkan PE pulang. Namun, dia penasaran dengan cerita-cerita yang dilontarkan oleh PE selama ini dan ingin menggali lebih jauh kisah kehidupannya PE sebagai yatim piatu.
“Saya mau tanya-tanya dia tentang kehidupannya, kebetulan nasib yang dialami ini saya alami juga. Saya juga hidup sama-sama nenek ku dulu,” katanya.
Dalam perjalanan, dosen AS tertuju pada salah satu hotel di Jalan Made Sabara, Kelurahan Korumba, Kecamatan Mandonga, Kota Kendari.
Sekitar pukul 21.00 WITA, AS chek in kamar di hotel tersebut dan PE sempat menunggu dalam mobil sembati berkomunikasi dengan rekan-rekannya di HP.
“Saya mau dengar ceritanya, tapi tidak mau di tempat terbuka, jangan sampai ada yang lihat,” paparnya.
AS pun menyuruh PE naik di kamar yang telah dipesan. Tidak ada perlawanan, PE menurut dan masuk seorang diri di kamar tersebut. Tak lama kemudian, AS menyusul PE di dalam kamar dan terjadi pelukan antara keduanya.
“Posisi pintu terbuka, saat berpapasan depan pintu kamar, saya spontan peluk karna prihatin dengan kondisi dan ceritanya selama ini. Ini anak dia peluk juga saya tanpa ada perlawanan tapi tidak lama. Kemudian, saya simpan dia sendiri dalam kamar dan saya turun ke mobil,” katanya.
Saat akan kembali ke kamar hotel, dosen AS tak lagi melihat PE. Dia (PE) telah bersembunyi di mess salah satu milik Pemda dan menunggu jemputan teman-temannya yang telah ditelpon.
Dosen tersebutpun menelponnya, namun PE mengaku marah dan tidak terima dipeluk dosen AS.
Lima hari setelah kejadian, PE mengadukan AS di Polresta Kendari. Bahkan, mahasiswi tersebut telah mengadukan PE di Rektor UHO.
Penulis: Herlis Ode Mainuru