KENDARI, Tirtamedia.id – Gegara anggaran bantuan sosial Program Keluarga Harapan (PKH) terpotong, sejumlah Emak-emak di Kelurahan Wawowanggu, Kecamatan Kadia, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra) mengamuk di Kantor Dinas Sosial Kota Kendari.
Emak-mak ini mengamuk dan sempat beradu mulut dengan petugas, lantaran saldo bantuan PKH mereka tak sama seperti biasanya. Perbedaan saldo bantuan yang terpotong itu bervariasi, ada yang Rp 500 an lebih, bahkan ada yang tak menerima sama sekali.
Salah seorang penerima bantuan PKH, Endang mengaku, biasanya dia mendapat bantuan itu sebesar Rp 1 juta 350 ribu Tapi, saldo yang masuk hanya Rp 725 ribu saja.
Sama halnya dengan Belasari, ia mengaku jumlah saldo yang selama ini dia terima sebesar Rp 750 ribu, tapi kali ini hanya Rp 225 ribu.
“Kita tidak tahu apa penyebabnya. Kalau yang 2 kali sebelumnya sa dapat Rp 750 ribu, tapi bulan ini hanya Rp 225 ribu saja,” kesal Belasari, Kamis (24/2/2022).
Berbeda dengan Wa Ode Uji, ia menjelaskan, bila biasanya mendapat bantuan PKH ini sebesar Rp 500 ribu. Tapi, kali ini dia harus menjerit karena bantuannya tak cair.
“Bulan lalu saya terima lagi Rp 500 ribu, sekarang tidak. Saldoku tidak ada isinya,” ujarnya.
Tak hanya ketiganya, sejumlah masalah dalam penerimaan bantuan PKH ini juga dialami oleh Emak-mak lainnya. Akibatnya, mereka bertandang di Dinsos Kota Kendari dan meminta penjelasan.
Sementara itu, Koordinator PKH Kota Kendari, Jasman mengatakan, dalam pencairan tahap 1 di tahun 2022 ini memang banyak kendala yang dihadapi, mulai dari NIK, KK dan administrasi lainnya. Apalagi data penerima bantuan yang digunakan adalah data pemutakhiran di pencairan keempat tahun 2021.
“Solusinya kalau yang itu seharusnya di Capil (Catatan Sipil),” paparnya.
Jasman menambahkan, saat ini pihaknya sedang melakukan penginputan data-data yang berhak menerima bantuan itu. Mereka juga berharap agar masyarakat bisa bersabar dan menunggu pencairan di gelombang berikutnya.
Ia pun tak menampik, selama pemberian bantuan ini berbasis TIK pihaknya menemukan banyak masalah apalagi ada jumlah keluarga yang bertambah, meninggal dunia, data dobol, 1 nama 2 rekening dan sejumlah masalah lainnya.
Penulis: Herlis Ode Mainuru