KENDARI, Tirtamedia.id – Kantor Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) Wilayah Sulawesi Tenggara (Sultra) memastikan kualitas atau mutu stok beras yang ada, dalam kondisi aman dan terjaga dengan baik.
Hal itu diungkapkan Kepala Kantor Perum Bulog Sultra, Siti Mardati Saing saat ditemui awak media, Kamis (19/1/2023). Ia menyebutkan stok beras yang ada di gudang Bulog juga tidak melewati empat bulan dari masa panen.
“Untuk di Sultra ini stok berasnya masih aman, stok berasnya masih bagus karena masih panen semester kedua kemarin. Jadi ini belum ada empat bulan,” ungkapnya.
Hal itu disampaikan Siti Mardati menyikapi adanya Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) tentang pengelolaan cadangan beras pemerintah yang menyebutkan, beras Bulog yang telah tersimpan lebih dari empat bulan berkualitas rendah untuk dijual dengan harga murah.
Dia menegaskan stok beras yang tersimpan di gudang Bulog Sultra, tidak ada yang diatas empat bulan dan kualitas beras yang ada saat ini masih bagus dan aman, tidak dalam kondisi kualitas yang menurun.
“Terkait informasi empat bulan itu sebenarnya bukan karena umurnya empat bulan, tetapi apabila memang mengalami penurunan kualitas itu diakomodir melalui Permentan Nomor 38 Tahun 2018. Namun dalam pelaksanaannya juga bukan keputusan Bulog sendiri, itu harus dirapatkan dan diputuskan oleh Menteri Koordinator Perekonomian,” ujarnya.
Siti Mardati menyampaikan hingga saat ini stok beras yang tersedia di gudang Bulog Sultra sebanyak 9.890 ton, dan dipastikan aman hingga bulan suci Ramadhan dan Idul Fitri 2023.
Selain itu, Bulog Sultra juga akan kembali menyerap beras petani pada panen raya di bulan Maret 2023, dengan demikian maka stok beras di gudang Bulog juga akan bertambah.
“Jadi di Maret 2023 kita sudah menyerap lagi beras petani untuk mengisi stok cadangan beras pemerintah. Untuk ketersediaan beras, kami yakin tetap tersedia dan memang selain cadangan beras pemerintah, kita pihak Bulog pun mengadakan beras premium,” jelasnya.
Dengan kondisi stok beras yang aman sebanyak 9.890 ton, Siti Mardati menyebut, Sultra tidak membutuhkan pasokan beras dari daerah lain termasuk beras impor. Apalagi jika melihat tahun-tahun sebelumnya, dalam waktu tiga bulan atau hingga Maret, rata-rata pihaknya menyalurkan 8.134 ton beras.
“Untuk saat ini kita tidak mendapatkan kuota dari 178 ribu ton dari 500 ribu ton yang diimpor itu. Kita tidak mendapatkan alokasi karena stok kita ada 9.890 ton. Jadi sampai panen kedua sebenarnya stok kita di Sulawesi Tenggara aman,” bebernya.
Dia menerangkan dalam menjaga kualitas beras dan mendukung penyerapan beras petani, Bulog Sultra akan memasok beras ke para pedagang di pasar yang menjual langsung ke konsumen sebagai upaya stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP) serta melakukan pasar murah.
Untuk penyaluran beras stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP) atau biasa disebut operasi pasar, Bulog menjual ke pedagang di pasar dengan harga Rp 8.300 per kilogram dan dijual oleh pedagang ke konsumen akhir/pembeli maksimal harga eceran tertinggi (HET) sebesar Rp 9.450 per kilogram.
“Jadi kami Bulog akan menggelontorkan beras ke pedang. Sekarang namanya stabilisasi pasokan dan harga pangan atau SPHP, dulu namanya KPSH atau operasi pasar. Jadi mulai hari ini kita intervensi langsung ke pedagang-pedagang pasar yang bisa menjual langsung ke konsumen,” ucapnya.
Selain itu pula, pihaknya akan melakukan pasar murah secara mandiri oleh Bulog Sultra hingga di seluruh wilayah se- Sulawesi Tenggara.
“Termasuk misalnya kalau di instansi-instansi yang akan melakukan pasar murah atau pemerintah kita akan siap berpartisipasi mengisi outlet pasar murah tersebut,” tutupnya.
Reporter : Dandy